Kamis, 21 Oktober 2010

jabal Uhud.._..bukit menyendiri

Jabal
Uhud, termasuk
salah satu bukit
yang sangat memiliki nilai
sejarah penting dalam sejarah
Islam. Di bukit ini, terjadi
peperangan yang sangat
memilukan dalam sejarah
Islam. Pasukan kaum Muslimin
yang dipimpin langsung Nabi
Muhammad SAW, bertempur
habis-habisan dengan kaum
musyrikin Kota Makkah.
Kisah pilu ini, digambarkan
oleh Rasul dengan menyebut
bukit ini sebagai bukit yang
nantinya akan bisa dilihat di
Surga. Jadi, umat Islam yang
kini akan melaksanakan
ibadah haji dan
menyempatkan diri untuk
berziarah ke Bukit Uhud, insya
Allah saat berada di Surga
juga akan menyaksikan
kembali bukit ini.
Kepiluan Nabi Muhammad di
Bukit Uhud, tak lepas dari
kisah pertempuran yang
terjadi di kawasan ini. Dalam
pertempuran itu, ratusan
sahabat nabi gugur. Termasuk
juga paman Rasul, Hamzah bin
Abdul Muthalib, gugur dan
dimakamkan di bukit ini.
Bahkan, Nabi Muhammad
SAW mengatakan, kaum
Muslimin yang gugur dan
dimakamkan di Uhud tak
memperoleh tempat lain
kecuali ruhnya berada pada
burung hijau yang melintasi
sungai Surgawi. Burung-
burung itu memakan makanan
dari buah-buahan yang ada di
taman surga, dan tak akan
pernah kehabisan makanan.
Di kawasan Uhud itu,
pertempuran spiritual dan
politik dalam arti sebenarnya
memang terjadi. Ketika itu,
pasukan diberi pilihan antara
kesetiaan pada agama dan
kecintaan pada harta. Melihat
lokasi dan kawasan
perbukitan yang
mengelilinginya, maka orang
bisa membayangkan
bagaimana sulitnya medan
perang ketika itu.
Perang di kawasan Uhud,
bermula dari keinginan balas
dendam kaum kafir Quraisy
seusai kekalahan mereka
dalam Perang Badar. Mereka
berencana menyerbu umat
Islam yang ada di Madinah.
Peristiwanya terjadi pada 15
Syawal 3 H, atau sekitar bulan
Maret 625.
Menghadapi rencana
penyerbuan tersebut,
Rasulullah memerintahkan
barisan pasukan Muslimin
menyongsong kaum kafir itu
di luar Kota Madinah. Strategi
pun disusun. Sebanyak 50
pasukan pemanah, oleh
Rasulullah yang memimpin
langsung pasukannya,
ditempatkan di atas Jabal
Uhud. Mereka diperintahkan
menunggu di bukit tersebut,
untuk melakukan serangan
apabila kaum Quraisy
menyerbu, terutama pasukan
berkudanya. Sedangkan
pasukan lainnya, menunggu di
celah bukit.
Maka, perang antara pasukan
kaum Muslimin yang
berjumlah 700 orang melawan
kaum musyrikin Makkah yang
berjumlah 3.000 orang,
akhirnya berkobar. Dalam
perang dahsyat itu pasukan
Muslimin sebenarnya sudah
memperoleh kemenangan
yang gemilang.
Namun, kemanangan tersebut
berbalik menjadi kisah pilu,
karena pasukan pemanah
kaum Muslimin yang tadinya
ditempatkan di Bukit Uhud,
tergiur barang-barang kaum
musyrikin yang sebelumnya
sempat melarikan diri.
Melihat kaum musyrikin
melarikan diri dan barang
bawaannya tergeletak di
lembah Uhud, pasukan
pemanah meninggalkan
posnya dengan menuruni
bukit. Padahal, sebelumnya
Nabi Muhammad SAW telah
menginstruksikan agar tidak
meninggalkan Bukit Uhud,
walau apa pun yang terjadi.
Adanya pengosongan pos oleh
pemanah tersebut digunakan
oleh panglima kaum
musyrikin, Khalid bin Walid
(sebelum masuk Islam) untuk
menggerakkan kembali
tentaranya guna menyerang
umat Islam. Khalid bin Walid
ini, sebelumnya memang
digambarkan sebagai seorang
ahli strategi yang memimpin
tentara berkuda.
Akibat serangan balik
tersebut, umat Islam
mengalami kekalahan tidak
sedikit. Sebanyak 70 orang
sahabat gugur sebagai
syuhada. Termasuk paman
Rasulullah, Hamzah bin Abdul
Muthalib. Nabi SAW sangat
bersedih atas kematian
pamannya tersebut.
Kematian paman nabi ini,
akibat ulah Hindun binti
Utbah, istri seoran kaum
musyrikin, yang mengupah
Wahsyi Alhabsyi, seorang
budak, untuk membunuh
Hamzah. Tindakan balas
dendam dilakukan Hindun,
karena ayahnya dibunuh oleh
Hamzah dalam Perang Badar.
Wahsyi dijanjikan akan
mendapat kemerdekaan bila
dapat membunuh Hamzah
dalam peperangan ini.
Dalam pertempuran itu, Nabi
Muhammad SAW juga
mengalami luka-luka yang
cukup parah. Bahkan,
sahabat-sahabatnya yang
menjadi perisai pelindung
Rasulullah, gugur dengan
tubuh dipenuhi anak panah.
Setelah perang usai dan kaum
musyrikin mengundurkan diri
kembali ke Makkah, Nabi
Muhammad SAW
memerintahkan agar para
sahabatnya yang gugur
dimakamkan di tempat
mereka roboh, sehingga ada
satu liang kubur untuk
memakamkan beberapa
syuhada. Jenazah para
syuhada Uhud ini, akhirnya
dimakamkan dekat lokasi
perang serta dishalatkan satu
per satu sebelum dikuburkan.
Adapun Sayidina Hamzah bin
Abdul Muthalib, dishalatkan
sebanyak 70 kali. Beliau pun
dimakamkan menjadi satu
dengan Abdullah bin Jahsyi
(sepupu Nabi) di lokasi
terpisah dengan lokasi para
syuhada yang lain.
Kini, jika kita datang ke lokasi
tersebut, kompleks
pemakaman itu akan terlihat
sangat sederhana, hanya
dikelilingi pagar setinggi 1,75
meter. Dari luar hanya ada
jeruji, sehingga jamaah bisa
melongok sedikit ke dalam.
Bahkan, di dalam areal
permakaman yang dikelilingi
pagar itu, tidak ada tanda-
tanda khusus seperti batu
nisan, yang menandakan ada
makam di sana.
Namun demikian, ziarah ke
Jabal Uhud telah menjadi
menu penting bagi segenap
jamaah haji/umrah, ketika
berada di Kota Suci Madinah.
Dari manapun mereka
berasal, mereka bisanya akan
berusaha berziarah ke
kompleks makam tersebut.
Seperti yang dikisahkan,
lantaran kecintaan Rasulullah
kepada para syuhada Uhud,
beliau senantiasa berziarah ke
Jabal Uhud hampir setiap
tahun. Langkah beliau
kemudian juga diikuti oleh
beberapa sahabat sesudah
Rasul wafat. Bahkan,
dikisahkan bahwa Umar dan
Abubakar, juga selalu
mengingatkan Rasul jika
perjalanannya telah
mendekati Uhud.
Bukit Uhud tersebut, bila
dilihat dari kejauhan berwarna
agak kemerahan dan terpisah
dari bukit-bukit lainnya. Jabal
ini merupakan bukit terbesar
di Madinah yang terletak
sekitar lima kilometer dari
pusat Kota Madinah.
Ketinggian buktik, sekitar
1.050 meter.
Bentuk Jabal Uhud, seperti
sekelompok gunung yang
tidak bersambungan dengan
gunung-gunung yang lain.
Sementara umumnya bukit di
Madinah, berbentuk sambung
menyambung. Karena itulah,
penduduk Madinah
menyebutnya Jabal Uhud yang
artinya 'bukit menyendiri'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar