Oleh: Agustiar
Nur Akbar
Dari Abu Najih
’Irbadh bin Sariyah
(rodhiallahu ‘anhu) ia
berkata, “Rasulullah SAW
pernah menasihati kami
dengan nasihat yang
menggetarkan hati dan
mencucurkan air mata. Kami
bertanya, Wahai Rasulullah,
sepertinya ini adalah nasihat
perpisahan, karena itu
berilah kami nasihat. Beliau
bersabda, “Aku wasiatkan
kepada kalian untuk tetap
menjaga ketakwaan kepada
Allah ‘aza wa jalla, tunduk
taat (kepada pemimpin)
meskipun kalian dipimpin
oleh seorang budak (Habsyi).
Karena orang-orang yang
hidup sesudahku akan
melihat berbagai
perselisihan. Hendaklah
kalian berpegang teguh
kepada sunah-ku dan sunah
Khulafaur Rasyidin yang
diberi petunjuk (Allah).
Peganglah kuat-kuat sunnah
itu dengan gigi geraham dan
jauhilah ajaran-ajaran yang
baru (dalam agama) karena
semua bid ’ah adalah
sesat.” (HR Abu Dawud dan
Tirmidzi).
Rasulullah SAW telah
memprediksi keadaan umat
sepeniggal beliau nanti. Akan
terjadi perselisihan yang
besar pada umat Rasulullah
SAW. Karena itu beliau juga
berwasiat kepada para
sahabatnya sebagai
pegangan dikemudian hari.
Wasiat ini pun berlaku untuk
kita, dan seluruh umat
Rasulullah SAW. Ada dua
wasiat Rasulullah SAW yang
digambarkan oleh sahabat
seolah menggetarkan hati
dan mencucurkan air mata.
Pertama, takwa kepada
Allah SWT dan tunduk
kepada pemimpin.
Ketakwaan kepada Allah
SWT adalah bekal kunci,
bekal utama bagi umat
Islam. Barangsiapa yang
mengikuti aturan-aturan
Allah. Menjauhi larangan-
Nya, dan melaksanakan
perintah-Nya. Niscaya ia
akan selamat dunia akhirat.
Taat kepada pemimpin dapat
meminimalisir perpecahan.
Jika terjadi pemberontakan
kepada pemimpin. Atau mosi
tidak percaya kepada
pemimpin. Maka
pertumpahan darah tidak
dapat dielakan. Sejarah telah
banyak mencatat hal
semacam itu.
Hal ini pun dijamin oleh Allah
SWT, firman-Nya, “Hai orang-
orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul-Nya,
dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya ”. ( An Nissa
[4] : 59).
Kedua, memegang teguh
kuat-kuat kepada sunah
Rasulullah SAW dan sunah
Khulafaur Rasyidin. Seolah
menggitnya dengan gigi
graham. Disini betapa
Rasulullah SAW sangat
mewanti-wanti kita tuk
memegang teguh sunah
beliau. Jika kita perhatikan
ayat-ayat yang
mengisyaratkan untuk
mentaati Allah SWT selalu
berdampingan dengan
mentaati rasul-Nya.
Lihat (Ali Imran [2] : 32), (An
Nisa [4] : 13, 14, 59, 80), (Al
Anfaal [8] : 24, 46), (Al
Maidah [5] : 92)
Hal ini menunjukan betapa
pentingnya memegang teguh
sunah Rasulullah SAW serta
menghidupakannnya. Begitu
juga dengan sunah Khulafaur
Rasyidin. Empat sahabat yang
kita kenal sebagai empat
khalifah pertama. Yang
terkenal dengan kebagusan
agamanya dan kecakapan
dalam memimpin. Yaitu Abu
Bakar As Shidiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib.
Menurut Imam Nawawi
bahwa yang dimaksud
Khulafaur Rasyidin adalah
para khalifah yang empat
yaitu; Abu Bakar, Umar,
Utsman dan Ali. Imam Ibnu
Daqil ‘Ied juga menjelaskan
bahwa mereka adalah
keempat khalifah tersebut
berdasarkan ijma. Ibnu
Taimiyah dalam Minhaju As
Sunah An Nabawiyah,
menjelaskan bahwasanya
Rasulullah SAW telah
mengabarkan tentang
kepemimpinan mereka,
“ Kekhalifahan sesudahku
berlangsung selama tiga
puluh tahun. Abu Bakar
memegang pemerintahan
selama 2 tahun, Umar 10
tahun, Utsman 12 tahun dan
Ali 6 tahun ”. Wallahu a’lam
bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar